Wangsalan
Kulik priya (tuhu), priyagung
Anjani putro (Anoman),
Tuhu eman, wong anom wedi
kangelan
(Teka-teki yang berbunyi kulik priya atau burung kolik
jantan dijawab dalam isi dengan kata “tuhu” karena tuhu memang burung kolik
jantan. Dalam isi tersebut “tuhu” berarti sungguh. Pernyataan “priyagung Anjani
putro” atau priya perkasa putra Anjani adalah Anoman. Dalam isi dijawab dengan
kata “anom” yang berarti muda. Wangsalan ini member nasihat kepada orang muda
agar rajin dan tidak takut menderita).
Jenang sela (apu), wader kali sesondheran
(sepat).
Apuranto yen wonten lepat kawula.
(cairan dari batu disebut “apu” atau gamping dan dalam isi dijawab dalam
konteks perkataan “apuranto” yang berarti maafkanlah. Pernyataan “wader kali
sesondheran” atau ikan sungai yang mempunyai selendang berarti ikan sepat. Dalam
isi, pernyataan itu dijawab dengan lepat yang berarti kesalahan).
Wangsalan memang terdapat hubungan bunyi dan hubungan arti
antara sampiran dengan isi karena sampiran dan wangsalan merupakan teka-teki
yang harus dijawab dalam isi yang dapat dihayati dalam dua baris berikutnya
(dalam hal ini dua baris tersebut dijadikan satu).
Fungsi wangsalan dalam kesustraan Jawa adalah untuk
mengungkapkan nasihat-nasihat. Jula-juli dalam nyanyian lodruk (kesenian khas
Jawa Timur) menggunakan parikan (sama dengan pantun) dan juga wangsalan. Dalam hal
seperti ini kiranya penafsiran parikan sering mengacaukan parikan dalam
wangsalan. Dalam wangsalan diperlukan kejelian pembaca untuk melihat jawaban
teka-teki yang dapat dibaca dalam isi karena sering tersamar dan sering
maknanya berubah makna menjadi sesungguhnya; kata “apu” yang tadinya berarti
gamping kemudian disamarkan dalam perkataan “apuranto” yang berarti maafkanlah).
Comments