Mantra terdapat di dalam
kesustraan daerah di seluruh Indonesia. Mantra berhubungan dengan sikap
religius manusia. Untuk memohon sesuatu dari Tuhan diperlukan kata-kata pilihan
yang berkekuatan gaib, yang oleh penciptanya dipandang mempermudah kontak denga
Tuhan. Dengan cara demikian apa yang diminta oleh pengucap mantra itu dapat
terkabul.
Karena sifat sakralnya,
mantra seringkali tidak boleh diucapkan oleh sembarang orang. Hanya pawang yang
berhak dan dianggap pantas mengucapkan mantra itu. Pengucapannya pun harus
disertai dengan upacara ritual, misalnya asap dupa, duduk bersila, gerak
tengah, ekspresi wajah dan sebagainya. Hanya dengan dan didalam suasana seperti
itulah mantra tersebut berkekuatan gaib. Pun pula ada mantra yang harus
diucapkan secara keras dan ada juga yang hanya berbisik-bisik. Pawanglah yang
mengerti bagaimana mendatangkan kekuatan gaib melalui mantra itu.
Dari uraian di atas
nyatalah bahwa sebuah mantra mempunyai kekuatan bukan hanya dari struktur
kata-katanya, namun terlebih dari struktur batinnya. Karena sifat mantra yang
sakral, mantra tidak mudah dapat ditemukan. Hanya orang-orang tertentu yang
dipandang berhak mewarisi kepandaian bermantralah yang dapat memilki dan
menggunakan mantra. Mereka yang memiliki dan mampu menggunakan mantra biasanya
dikategorikan sebagai “orang tua”.
Jika ada kenduri, maka
upacara penyembelihan ayam, upacara pembongkaran nasi tumpeng dan upacara
pembongkaran “ingkung” (daging ayam utuh untuk kenduri) juga harus disertai
mantra agar niat si penyelenggara kenduri dapat tercapai. Demikian juga dalam
upacara permulaan memetik padi; ada “orang tua” yang ditugasi untuk membaca
mantra padi agar Dewi Sri turun dan memberikan kemakmuran karena padi yang
dituai mempunyai bulir-bulir yang subur.
Hampir di semua daerah di
seluruh Indonesia terdapat mantra. Mantra tidak hanya untuk keperluan baik,
namun seringkali juga untuk keperluan yang dipandang kurang baik atau tidak
baik. Mantra-matra itu misalnya (yang baik): mantra menuai padi, mengusir
tikus, mengusir penjahat, meminta hujan, meminta jodoh, dan sebagainya; (yang
tidak baik): mantra pengasihan, pemcuri, pemikat dan sebagainya.
Berikur ini diberikan
beberapa contoh mantra:
1) Mantra dari Jawa (klik disini)
4) Mantra dari Riau (sambungan) (klik disini)
Dari contoh-contoh
mantra tersebut, dapat dirangkum beberapa ciri-ciri pokok dari mantra, yakni
1.
Pemilihan kata sangat
saksama
2.
Bunyi-bunyi
diusahakan berulang-ulang dengan maksud memperkuat daya sugesti kata3.
Banyak dipergunaka
kata-kata yang kurang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan maksud
memperkuat daya sugesti dan magis; bunyi tersebut diperkuat oleh irama dan
mentrum yang biasanya hanya dipahami secara sempurna oleh pawang ahli yang
membaca mantra secara keras.
Dalam contoh di atas
diberikan dua mantra dari Riau Karena mantra-mantra Riau ternyata banyak
menjiwai puisi-puisi kontemporer karya Sutardji Calzoum Bachri. Tradisi bermantra
kiranya cuku[ kuat di daerah tersebut.
Comments